The Grief

Senin, 7 Februari 2022 Jam 17.45. Allah berkehendak kalau umur Aki sudah cukup sampai disini

Walaupun aku tau bahwa kematian adalah hal yang pasti, tapi kehilangan orang tersayang bukan hal yang bisa kita siapkan 100%

Ini tentang kebiasaan bertahun tahun sejak lahir, terbiasa ada di tengah kami semua, terbiasa melihatnya duduk di kursi ruang tengah sambil nonton TV, terbiasa pamitan setiap harus kembali ke Jakarta atau Jogja untuk merantau, terbiasa dibilang β€œNaha si Neng mah asa percis Maodi?”

Kebiasaan yang lalu sekejap hilang, dipisahkan oleh kematian. Yang lalu sekencang apapun berusaha tak akan bisa terulang.

Remember me
Though I have to say goodbye
Remember me
Don’t let it make you cry
For ever if I’m far away
I hold you in my heart

Lego dan Manusia

Hello world!

Wow, apakah sapaan-nya udah digital savvy banget? πŸ˜€ akhir akhir ini cukup sibuk sama project Digital di kantor, tapi disaat yang bersamaan, menyadari kalau ternyata hobi itu penting ya untuk bikin bahagia di tengah hiruk pikuk dunia ini πŸ˜›

Setelah melihat temanku hobi main Gundam, akhirnya jadi penasaran dan mau coba susun menyusun juga, tapi akhirnya aku memilih Lego. Alasan awalnya simpel, karena ada Lego edisi Disney Princess. Akhirnya minggu lalu aku coba beli Lego pertamaku edisi Beauty and The Beast.

Ketika menyusun Lego, jiwa overthinking ini mulai thinking out loud. Ada masanya aku kesulitan menyusun lego, karena ku pikir kepingan lego ini udah tepat– jika dilihat dari satu sisi, tapi ternyata waktu legonya ku putar, ini lego yang salah, dan tentulah ngga bisa dipasang.

Kalau lego ini adalah perspektif manusia, lucu ya. Terkadang kita melihat sesuatu hanya dari satu sudut pandang aja, dan kemudian merasa paling benar, padahal kita itu banyak tidak tahu-nya, dan kalau kita sering dengar:

“Kita bukan Tuhan, who am I to judge?”

Tapi sering juga terdengar, “Bukannya mau nge-judge nih.. tapi si A itu begini ga sih?” kalau engga mau ngejudge kenapa malah dilanjutin πŸ˜€ Terkadang lucu. Terkadang kita juga melihat sesuatu itu hitam-putih saja, seakan-akan tidak ada warna lain diantara itu, padahal ternyata beberapa hal tidak sesederhana itu.

Have a great weekend! πŸ˜€

Sunshine Aquarium, Ikebukuro Japan. Worth it?

Hai hai hai πŸ™‚

Time flies! tiba-tiba udah di penghujung tahun 2019, dan saat ini aku lagi winter break, kalo Desember tahun lalu aku pulang ke Indonesia, tahun ini cuma stay di Tokyo aja bersama dengan kejompoan akibat udara winter yang semakin dingin.. dinginnya tuh, menusuk sampe ke tulang……..

Nah, tapi salah satu temenku yang lagi kuliah di Jepang juga namanya Shinta (KL ITB 2012) main dari Nagoya ke Tokyo dan nginep beberapa hari di dormku, dan kita memutuskan buat main ke Sunshine Aquarium di Ikebukuro, Tokyo. Jarak si Aquarium ini dari dormku sebenernya deket banget, kayaknya less than 5 km, tapi belum pernah nih main kesini, dan Aquarium ini kayaknya kurang eksis di telinga turis asing. Terus kenapa akhirnya main kesana?Read More »

Tentang sakit di Jepang

Hi all πŸ™‚

Di Jepang udah mau memasuki musim dingin, dan suhu udara Desember tahun ini jauh jauh lebih dingin dibandingkan tahun lalu, suhu udara yang tadinya masih di 14 derajat celcius tiba-tiba drop minggu lalu ke antara 6-8 derajat celcius. Dingiiiin banget..

Bulan November sampai awal Desember kemarin bisa dibilang salah satu bulan tersibuk aku karena..

  • Ada 2 conference, salah satunya di Indonesia, dan aku baru landing di Tokyo hari senin pagi jam 7, dan langsung ke kampus — cuma mampir ke dorm buat mandi dan naro koper.Β I swear I will not do this anymore.. sungguh melelahkan
  • Ada zemi yang research method aku berubah total di H-13 presentasi
  • Ada JLPT alias uji kemampuan bahasa jepang
  • Ada deadline laporan penelitian buat salah satu pemerintah Jepang
  • Lumayan banyak jalan-jalan karena mau liat daun2 musim gugur.. hehe

Karena aku ngerasa sehat-sehat aja, aku bolos minum vitamin, sarapan juga seadanya aja beli roti di sevel, sering makan yang instan instan karena emang sama sekali gak ada waktu– and I almost did not have time for myself on the weekend. Karena weekend pasti jalan, biasanya aku punya 1 hari day off atau malah sabtu minggu ya bener-bener day off diem di rumah buat cuci baju dan kerjaan domestik lain.. oiya! dan masak makanan Indonesia buat naikin mood πŸ˜›

Hari kamis kemarin tanggal 4-12-19, mulai berasa hidung mampet dan tenggorokan sakit, dan jumat kemarin tepar akhirnya setelah jadi guide buat anak-anak SMA yang lagi pertukaran pelajar ke kampusku, jam 2 siang akhirnya aku ambil half day off dari lab dan buru-buru ke klinik setelah reservasi via telefon.

NAH.. kalo sakit di Jepang, gimana ya?

Berdasarkan pengalamanku, aku pernah ke dua jenis klinik. Pertama adalah ke klinik yang full japanese dan kedua adalah dimana staff dan dokternya bisa ngomong bahasa inggris fluently! Mari aku ceritakan pengalamanku satu-satu..

  1. Klinik full japanese di dekat Korakuen Station: Datang tanpa reservasi dulu, dan harus isi formulir yang isinya tentu saja full kanji Jepang, jangan lupa juga untuk cek suhu tubuh di rumah (biar cepat isi formulirnya). Kemudian, langsung diperiksa dokter, anyway disini diperiksa gapake tiduran di kasur gitu.. cuma duduk aja. Selesai pemeriksaan, langsung bayar biaya konsultasi dan obatnya bisa ditebus di drug store terdekat (enggak gabung sama klinik yah)
  2. Klinik full english namanya Koishikawa International Clinic dekat Hakusan Station: Datang baiknya reservasi dulu via telefon, seluruh formulir dalam bahasa inggris, pemeriksaan sama aja kayak klinik yang full japanese, tapi obat bisa ditebus di klinik langsung.

Oh iya, mengenai harga.. totalnya sama aja kok (kalau enggak salah), untuk obat dan biaya konsultasi itu 1900 yen atau sekitar 200 ribu rupiah, itu karena aku punya kartu asuransi kesehatan Jepang jadi dapat potongan harga πŸ™‚

Jaga kesehatan ya semuanya!

Jiyugaoka!

Hi!

Seminggu yang lalu, aku, dhimas dan sumayya (dua orang temen yang juga sama-sama lagi kuliah master di Tokyo dan sama-sama S1 di TL ITB) main ke Jiyugaoka.

Jiyugaoka kayaknya memang agak kurang terkenal di kalangan turis, karena biasanya tempat yang wajib dikunjungi kalo ke Tokyo adalah Shibuya, Shinjuku, Harajuku, Asakusa dan kawan-kawannya.

Tapi akhirnya ku mencapai titik dimana bosen juga main kesana, dan main kesana cuma kalo ada temen yang main ke Tokyo dan minta di-guide πŸ˜›

Jadi balik lagi, kenapa Jiyugaoka? Karena lokasinya tidak begitu jauh dari pusat keramaian Tokyo, walaupun agak kepinggir sedikit, dan suasananya jauh beda dibandingkan Tokyo yang jepang banget πŸ˜€ Jiyugaoka ini agak-agak ada nuansa eropa-nya πŸ˜€

What to eat?

Kita makan dua kali, yang pertama adalah ngemil-ngemil cantik alias makan fluffy pancake yang lagi hits banget ya tampaknya, ini adalah penampakan si fluffy pancake πŸ™‚ lokasinya di Flipper, harganya sekitar 1300 yen, lumayan pricey sebenernya karena biasanya untuk dessert di Tokyo umumnya sekitar 500-1000 yen. Tapi enak kok, worth to try.

Screen Shot 2019-08-12 at 17.00.13
Fluffy Pancake!

Kemudian kita ngemil Kakigori! ini wajib dicoba kalo summer, dan gampang ditemui dimana-mana kok. Harganya 300 yen, warna pink rasa strawberry, biru bubble gum dan hijau rasa matcha πŸ˜€

Screen Shot 2019-08-12 at 17.03.39
Yummy Kakigori

Kemudian lagi-lagi kita makan, tapi kali ini makan besar yang sangat worth it karena kita pake prinsip makan tengah πŸ˜€ dengan hanya 1100 yen per orang, kita berhasil mendapatkan tuna bakar, cumi bakar dan nasi goreng yang super duper enak πŸ˜€

Screen Shot 2019-08-12 at 17.05.42
Tuna & Cumi bakar

Instagrammable spot

Nah, buat yang mencari instagrammable spot, mungkin bisa melipir ke La Vita, disana kayak semacam pertokoan bergaya eropa dan ada little venice-nya gitu πŸ˜€ btw, walaupun keliatannya super manis dan kayak luas gitu.. aslinya ini kecil banget haha dan jangan berharap bisa naik si gondola itu karena sungainya buatan dan kecil banget!

Screen Shot 2019-08-12 at 17.08.40
La Vita

Jadi kalo mulai merasa bosan dengan Tokyo, mungkin main ke Jiyugaoka bisa dipertimbangkan πŸ˜€ happy summer holiday!

Towards my last semester in Japan

Oh.

It is summer already, anyway I am writing from Laboratory. A rare situation where usually I can’t do anything rather than experiment, paper review, have my “fast-lunch”, or a bit chit-chat with my lab friends.

The third semester finished already. I safely survived the “busiest” semester of my life πŸ™‚ Alhamdulillah.

Summer holiday is started, not so many friends come to the lab because they go to their hometown for obon yasumi. I must be happy because I will finish all of this process within 7 months.

But, mixed feelings. I feel like.. I haven’t do my best, there’s a regret feeling that I feel I haven’t achieve many good things. Still lot of things I wish I can do, but it’s always so many things to do, so little time :’)

I prefer not to go back to Indonesia for summer vacation because I know I will be back for good soon.

I hope I can do my best before I lose my status as Japanese Resident & student.

Watching orchestra in Tokyo

Hi!

Kali ini kembali cerita tentang kegiatan di weekend, tapi pertama-tama mau curhat dulu akhir-akhir ini cukup happy karena akhirnya liburan semester, walaupun research tetep jalan tapi setidaknya enggak ada zemi dan enggak ada kelasβ€”tapi yang gak bisa dimengerti, tetep berasa ada invisible pressure yang ngewajibin ke lab di waktu core time (11.00 – 17.00), jadi enggak berasa banget libur gitu.

But anyway! Weekend kemarin cukup berbeda dari weekend biasanya, karena aku mencoba nonton konser, bukanΒ bintang konser biasa.. tapi nonton konser orkestra, sungguh sebagai orang yang suka denger musik (termasuk musik klasik juga kalo lagi belajar), ini adalah pengalaman pertama nonton orkestra langsung alias live di gedung pertunjukan, dan Alhamdulillah-nya gratis dan di Tokyo pula hehe.. Thanks to Kak Uli yang mensponspori tiket nontonnya hehe..

Acara mulai jam 15.00 dan open gate jam 14.30, lokasinya di Bunkamura di daerah Shibuya, Tokyo, dan kita mepet banget datengnya akibat keasikan belanja di Ueno dan pake acara menerka-nerka dulu lokasinya dimana lewat google maps, di dalem hati sempet terbersit β€œkenapa di weekend aja kita buru-buru yah..” tapi untungnya bisa nyampe tepat waktu alias 2 menit sebelum pintu pertunjukan ditutup

Sebuah kesalahan adalah.. hari itu aku pake ripped jeans dan sweater item, meanwhile orang-orang datang dengan dandanan yang sungguh classy, untungnya lagi winter dan coat yang aku pake cukup rapi, jadi enggak terlalu mencolok kesalahkostumannya :”)

Begitu konser dimulai, kita dilarang mengambil gambar ataupun merekam video, dan mereka juga mematikan sinyal HP ala-ala kalo kita nonton di bioskop, bagus juga.. jadi semua orang fokus nonton, yang aku kagumi juga adalah.. penonton enggak ada satupun yang bersuara.. semuanya hening, dan baru batuk-batuk saat break antara satu lagu ke lagu lain :”

Sebagai orang awam yang enggak begitu paham sama music klasik, menurutku konsernya sendiri bagus.. selama konser berasa lagi di dalem film disney princess :”) lagu yang dimainkan itu adalah lagunya Gustav Mahler: Symphony No.9 in D major dan ada empat lagu selama 80 menit.

A Sunday well spent πŸ™‚ semoga ada kesempatan nonton orkestra lagi!